Oleh: Agus Budi Yarso S P.dI
Dewasa ini dengan banyaknya fenomena terjadi. Acap kali kita dengar cerita-cerita dari alam yang mampu menginspirasi sendi-sendi kehidupan manusia, sehingga memang kita meyakini bahwa, “alam terkembang menjadi guru”.
Hewan merupakan bagian dari alam semesta dan sering sekali dijadikan sebagai ilustrasi untuk pembelajaran dimasa akan datang dengan berkaca atas kejadian masa lampau, katakanlah kancil yang identik dengan kecerdikannya, harimau dengan keberaniannya, ular dengan kemampuannya memanfaatkan peluang, dan banyak contoh lainnya.
Kali ini saya akan menulis sebuah ilustrasi dari perdebatan hewan dalam memilih pemimpin diantara mereka, kira-kira begini ;
“Suatu ketika dalam waktu yang bersamaan bertemulah beberapa hewan, diantaranya adalah ; Harimau, Buaya, Singa, Keong, Cicak, Kancil, Ular dan Telegu”.
“Harimau : hai….apa kabar kanti-kanti semua?”
Semua hewan serentak menjawab, “sehat mau”.
“Singa : sekarang kita sudah berkumpul, apa kira-kira hal yang harus dipikirkan untuk kemaslahatan hewan di muka bumi”.
“Buaya : saya sepakat dengan Singa, bubar dari sini harus ada kesepakatan”.
Semua hewan selain “Singa dan Buaya” saling bertatapan seolah-olah kebingungan.
“Keong : oh iya, gimana kalau kita bikin pertemuan atau silaturrahmi hewan sedunia?”.
“Cicak : dengan nada pesimis, itu sulit sekali dikumpulkan….”.
“Talegu : maksudmu bagaimana keong?, menyambung omongan cicak”.
“Keong : hai cicak, kita tidak boleh pesimis dan maksud saya menyambung pertanyaan talegu bahwa banyak hal yang perlu kita bahas dalam pertemuan atau silaturrahmi itu”.
“Kancil : saya sangat tertarik dengan ide kanti-kanti semua, menurut saya yang paling penting dibahas dalam pertemuan atau silaturrahmi itu adalah tentukan siapa ketua umum hewan didunia untuk mengakomodir kepentingan kanti-kanti”.
Semua hewan serentak menjawab, “setuju”.
“Singa : dengan nada sombong, kalau begitu akulah yang paling berpeluang menjadi ketua umum hewan sedunia dengan keberanianku. Hahahaha”.
“Kancil : kamu jangan sombong dulu singa, karena azaz yang kita gunakan adalah demokrasi maka penentuan ditentukan berdasarkan suara terbanyak”.
Semua hewan lagi-lagi serentak menjawab, “setuju”.
“Singa : apapun azaz yang digunakan aku akan menang, hahahaha…….”.
“Harimau : kalau begitu segera kita bentuk panitia dan pimpinan sidang”.
“Kancil : sepakat dengan apa yang disampaikan harimau, bolehkah saya memberikan usulan?”
Semua hewan lagi-lagi serentak terdiam, kecuali singa “usul apa cil?”
“Kancil : Singa Ketua Panitia, Harimau Sekretaris dan Buaya Bendahara. Pelaksanaan dilaksanakan di KAMPUNG BURUNG BERBAH pada hari Minggu, 10 Januari 2021 dan pimpinan sidang terdiri dari Ular sebagai ketua, Biawak sebagai wakil ketua dan Talegu sebagai sekretaris.
“Keong : usulan yang bagus dan sangat sesuai dengan potensi, saya sepakat”
Semua hewan lagi-lagi serentak menjawab, “sepakat”.
“Kancil : sekarang kita bubar, dan bekerjalah sesuai tupoksi masing-masing”
Singkatnya, tibalah waktu pelaksanaan tersebut dan pembukaan kegiatan dibuka langsung oleh singa sebagai ketua panitia serta sidang pun dibuka untuk dimulai. Ular, Biawak dan Talegu pun menjalankan tugasnya sebagai pimpinan sidang.
“Ular : saudara-saudaraku hewan sedunia, kini tibalah pada acara inti untuk menentukan siapa diantara kita yang layak dan pantas untuk dipilih sebagai pemegang mandat ketua umum atau pemimpin hewan sedunia. Sistem yang digunakan dalam pemilihan adalah berdasarkan suara terbanyak, maka itulah sebagai pemenang. Apakah semua peserta (hewan-hewan sedunia) bersepakat?”.
Semua hewan lagi-lagi serentak menjawab, “sepakat….”.
“Ular : kalau semua bersepakat, maka sidang dilanjutkan ketahapan berikutnya dan ketukan palu pun dilayangkan. Selanjutnya, siapa yang akan mengusulkan nama-nama bakal calon?, kami persilahkan kepada peserta dan tim sukses masing-masing untuk mengusulkan nama”.
“Kodok : sebagai ketua tim sukses Singa, saya mengusulkan nama Singa untuk menjadi calon ketua umum hewan sedunia”.
“Lalat : saya usul nama Buaya”.
“Cicak : Saya teman baik ular, saya usul nama ular sebagai calon ketua umum”.
Semua hewan serentak terdiam.
“Ular : kalau tidak ada lagi yang mengusulkan nama bakal calon kandidat ketua umum hewan sedunia, maka saya putuskan 3 hewan yang akan masuk bursa pencalonan”.
“Kancil : izin pimpinan sidang……sebelum palu dilayangkan untuk disahkan, saya akan menyampaikan beberapa hal terkait nama-nama yang mencalonkan ini :
1. Kalau singa menjadi ketua umum kita, kekhawatiran saya dia akan otoriter dan menang sendiri. Karena merasa dirinya paling hebat dan paling berani.
2. Kalau buaya menjadi ketua umum kita, saya yakin akan terjadi korupsi berlebihan. Karena buaya makannya banyak dan sampai ketulang-tulangnya.
3. Kalau Ular menjadi ketua umum kita, maka saya berkeyakinan akan sulit ditemukan dan susah untuk komitmen. Karena dipegang kepalanya buntut melilit, dipegang buntutnya kepalanya matuk”.
Jadi kesimpulannya, saya tidak sepakat dengan nama-nama tersebut diatas dan saya kembalikan kepada pimpinan sidang.
“Ular : menanggapi saran pendapat dari kancil, maka saya kembalikan kepada kesepakatan forum. Bagaimana peserta semua?”.
Semua hewan dengan gaya bingung sembari mengatakan “ada benarnya yang disampaikan oleh kancil” dan tiba-tiba serentak mengatakan “sepakat yang disampaikan kancil”.
“Ular : kalau memang benar bersepakat, maka nama-nama yang diusulkan tadi dinyatakan gugur berdasarkan kesepakatan forum dengan melayangkan satu ketukan palu. Kalau begitu, siapa lagi yang akan dicalonkan, ada usul dari peserta sekalian?
Semua hewan merasa kebingungan dan bertoleh-tolehan dengan teman kiri kanan serta depan belakang.
“Tupai : saya usul, bagaimana sidang kita tunda selama 3 jam untuk melakukan loby-loby politik”.
“Ular : saya kembalikan semua kepada peserta sidang, bagaimana saran dari Tupai?
Semua hewan lagi-lagi serentak menjawab, “sepakat”.
Pada akhirnya sidang pun ditunda selama 3 jam dan terjadilah loby-loby politik. Namun, sampai batas waktu yang ditentukan belum juga menemukan titik terang siapa yang akan diusung sebagai bakal calon kandidat ketua umum hewan sedunia.
Singkatnya, sidang pun dimulai dan diambil alih kembali oleh pimpinan sidang.
“Ular : bagaimana saudara-saudaraku, apakah ada nama yang akan diusulkan?”.
Semua hewan merasa kebingungan dan bertoleh-tolehan kembali dengan teman kiri kanan serta depan belakang.
“Singa : kalau semua sudah merasa kebingungan dan tak ada lagi yang layak dan pantas, bagaimana kalau kita usul Kancil? Karena kancil yang dari tadi paling ngotot dan membuat alot pemilihan ini”.
Semua hewan lagi-lagi serentak menjawab, “sepakat”. Akan tetapi, ketika nama itu tertuju kepada kancil spontan kancil seolah-olah tertidur.
“Ular : Bagaimana cil?”.
Semua hewan bergemuruh disetiap sudut mengatakan “hidup kancil”, sehingga yang lain pun ikut bersorak dengan ucapan sama “hidup kancil”. Padahal sudut-sudut tersebut telah dikondisikan Tungau, Ulek Bulu dan Cacing.
Pada akhirnya tanpa pertimbangan, pimpinan sidang pun memutuskan kancil secara aklamasi sebagai ketua umum hewan sedunia.
“Ular : pada hari Minggu 10 Januari 2021, tepat pukul 21.00 WIB dengan ini saya bersama Biawak dan Talegu memutuskan Kancil sebagai ketua umum hewan sedunia secara aklamasi serta keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan ditinjau kembali apabila ada kekeliruan.
Singkat kata singkat cerita, kegiatan ditutup dan peserta membubarkan diri secara tertib untuk kembali kepada habitatnya masing-masing.
Semoga cerita ini bernilai edukasi dan memberikan manfaat untuk kita semua yang membaca, terutama bagi penulis secara pribadi. Apabila ada yang merasa kesamaan karakter, prilaku atau sifat, kami sebagai penulis mohon untuk dimaklumi dan dimaafkan.