Oleh: Agus Budi Yarso S.Pd.I
Seiring berkembangnya zaman Kabupaten Batang Hari sangat banyak mencatat pasang surut dan Lika liku romantisme tatanan sosial kehidupan. Dimulai dari historis wilayah sampai kepada tata kelola pemerintahan dan dinamika budaya masyarakat.
Secara historis Batang Hari merupakan Kabupaten tertua di Provinsi Jambi bahkan lebih tua dari Provinsi Jambi, sehingga memang keberadaannya sangat menjadi sorotan bagi Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi.
Berangkat dari historis itulah tata kelola pemerintahan pun acap kali menjadi buah bibir sampai pada perdebatan. Pertanyaan yang sering muncul dari para netizen di media sosial adalah, mengapa sebagai kabupaten tertua di Provinsi Jambi lamban dalam pembangunan?. Budaya masyarakatnya yang sangat agamis dan harmonis ternyata belum juga mampu memberikan sumbangsi positife terhadap kemajuan daerah.
Ketika semua hal diatas harus diurai, maka barang tentu berangkat dari data-data administrasi daerah dan jajak pendapat masyarakat, walaupun secara kasat mata dapat kita rasakan secara langsung.
Dalam konteks ini saya coba menulis dari apa yang ditemukan pada beberapa fenomena dan dinamika kehidupan sosial masyarakat pasca terpilihnya Bupati Batang Hari sebagai pemenang melalui ketetapan pleno oleh KPU hari Jum’at 22 Januari 2021 sekira pukul 14.30 WIB di Gedung Pemuda Muara Bulian, dengan berangkat pada pemikiran seorang tokoh Batang Hari yang beberapa tahun lalu telah meninggalkan kita semua.
Beliau merupakan orang tua dikalangan warga Nahdiyin dan sangat disegani oleh masyarakat serta kalangan pejabat pemerintahan pada waktu itu, dikarenakan karirnya di birokrasi yang sangat cemerlang dan sekaligus memimpin organisasi kemasyarakatan terbesar di Republik Indonesia untuk kabupaten Batang Hari.
Tepatnya pada tahun 2019 sebelum beliau wafat, saya bersama rombongan mendatangi kediaman beliau. Kedatangan kami tentu bermaksud untuk silaturrahmi sekaligus mengharapkan wejangan pengetahuan. Dari pertemuan itu, hal paling berkesan dari sekian banyak pengetahuan yang beliau sampaikan adalah tentang wawasan kedaerahan di kabupaten Batang Hari.
Singkat cerita, dengan nada tegas dan raut wajah yang sangat pesimis beliau mengatakan menggunakan bahasa daerah Jambi “mau dibawa kemano Batang Hari ko, kalaulah pemimpin di daerah kito masih dari situ ke situlah. Sementaro kondisi Batang Hari sudah butuh pembaharuan untuk mengimbangi zaman”.
Pernyataan ini serentak membuat kami bersama rombongan terdiam dan berfikir berandai-andai hingga diskusi pun berlanjut sampai berakhir pulang kerumah masing-masing. Sepulang dari kediaman beliau doktrin yang diajarkan seakan memacu semangat kami 2 kali lipat dari sebelumnya untuk berfikir tentang kedaerahan.
Kini apa yang beliau sampaikan sudah terwujud dan pemimpin itu telah terpilih, walaupun beliau tidak bisa merasakan langsung kebersamaan menyambut pemimpin baru di kabupaten Batang Hari. Setidaknya, ide dan gagasan yang beliau sampaikan bisa dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat Batang Hari untuk mewujudkan perubahan dari berbagai kebutuhan pembangunan di daerah ini. Kita doakan beliau semoga mendapatkan selayak-layaknya tempat disisi Tuhan yang maha esa. Aamiin YRA……
Discussion about this post