Oleh : Sri Lestari Nengsih Mahasiswa Magister Ilmu Komunikasi Fisip Unand Padang
Pada era globalisasi, teknologi komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku manusia terutama perilaku remaja.
Perkembangan teknologi komunikasi adalah salah satu faktor yang menyebabkan adanya tekanan untuk berperilaku atau bersikap sebagaimana yang tampak dari teknologi yang ada. Sebut saja televisi, handphone/ smartphone. Munculnya perubahan perilaku dalam kehidupan sosial ini, berakibat terhadap penurunan nilai dan norma dalam kehidupan sosial, khususnya di kalangan remaja.
Remaja zaman now akrab dengan teknologi, dengan alasan untuk belajar daring maka orang tua berusaha bagaimanapun caranya untuk memberikan gadget baik itu Handphone Android/Smartphone, iPad, Notebook, Tablet, Laptop kepada anak remajanya tanpa ada pengawasan, karena orang tua menganggap anaknya sudah besar sehingga untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah tinggal mengakses semua informasi yang dibutuhkan di gadget tidak perlu meminta bantuan mereka.
Dengan tidak adanya pengawasan dari orang tua, maka para remaja lebih leluasa mengakses informasi apa saja yang mereka sukai, namun tidak semua informasi yang diterima adalah informasi yang sesuai dengan norma berlaku di masyarakat Indonesia, misalnya menggunakan pakaian yang kurang sopan, meminum minuman beralkohol, menggunakan narkoba bahkan tontonan perilaku seks bebas bagi pasangan yang belum menikah. Bagi remaja saat ini, seks bukan merupakan hal asing.
Para remaja yang ada di tanah air kemudian ikut meniru apa yang ada di negara liberal. Sehingga menyebabkan penurunan nilai moral dan etika. Mereka bebas melakukan apa saja yang berkaitan dengan seks secara mudah, tanpa rasa takut dan “was was”. Penampilan mereka juga berubah selayaknya remaja barat dalam berpakaian. Budaya barat kemudian turut menjadi budaya generasi bangsa. Mereka tidak mengindahkan rasa malu, bahkan cenderung bangga untuk berpakaian (kurang pantas).
Begitupula dengan perilaku seks yang secara tidak langsung juga difasilitasi oleh kemajuan teknologi informasi. Seolah-olah mereka melakukan seks itu hal yang biasa, tidak salah dan tidak merasa berdosa. Perilaku seks menyimpang di kalangan remaja relatif akan melahirkan berbagai tindakan tidak senonoh, seperti pemerkosaan, pelecehan seksual, aborsi, asusila, dan lain-lain.
Perilaku seks tersebut akan menjadi hal biasa yang dipertontonkan kepada teman-temannya atau bahkan publik. Mereka dapat mengabadikan melalui rekaman video terhadap apa yang mereka lihat dan menyebarluaskannya lewat sarana teknologi informasi dan komunikasi.
Dampak negatif dari mengakses aplikasi media sosial merupakan hal serius yang harus ditangani. Sebelum anak-anak remaja terjerumus ke perilaku yang menyimpang, sebagai orang tua perlu mengawasi anak remajanya dalam menggunakan gadget atau alat yang bisa digunakan untuk mengakses internet sehingga penggunaan media internet dapat digunakan ke hal-hal yang baik seperti untuk mengerjakan tugas dari sekolah atau mengakses informasi-informasi pengetahuan umum sehingga gadget memberikan manfaat positif bagi proses pembelajaran dan perkembangan anak, jika tidak dibutuhkan lagi maka gadget harus disimpan dan juga sebaiknya orang tua harus membatasi frekuensi penggunaan gadget kepada anak.
Selain itu, orang tua juga berperan dalam memberikan informasi terkait pengetahuan dan pemahaman seksual kepada anak, mengingat anak remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan ingin mencoba hal-hal yang baru, maka masa inilah yang sesungguhnya penting untuk diperhatikan bagi orang tua dalam memberikan informasi terkait reproduksi remaja agar anak mengetahui dan memahami akan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungan keluarga dan masyarakat, sehingga anak tahu batasan-batasan dalam bergaul baik dengan lawan jenis, sesama jenis maupun dengan orang-orang sekitarnya.
Yang tak kalah penting orang tua harus bisa menjadi sahabat bagi anak-anak mereka, mampu berbagi waktu untuk berkomunikasi yang baik agar hubungan orang tua dan anak merasa dekat, saling bertukar pikiran tentang apa saja sehingga orang tua tahu apa yang terjadi pada anaknya dengan siapa anaknya bergaul dan apa saja yang dilakukan ketika tidak bersama orang tua dan sebagainya sehingga anak terhindar dari perilaku yang menyimpang.